Tuesday, 10 March 2015

Cerita rakyat Joko Kendil dan Si Gundul


Duhulu kala, Di sebuah desa kecil di Yogyakarta ada seseorang bernama Joko Kendil. Tubuhnya yang lucu bulat seperti periuk dan juga kendil. Karena keadaan itulah maka Joko Kendil tidak mempunyai banyak teman, dan juga sering di ejek oleh orang – orang di sekitar sana. Hanya Ibunya yang mau menemani dia.

Suatu hari yang panas datanglah seorang warga baru dikampung tersebut. Mereka adalah keluarga sederhana dan yang hanya memiliki seorang anak lelaki. Anak laki – laki tersebut kurus dan gundul, Jika kepalanya terkena matahari yang terik maka akan berkilat. Dia diberi nama si Gundul, karena kepalanya yang gundul tersebut. Keadaan mereka tidak jauh berbeda dengan keluarga Joko Kendil. Dia sering diejek oleh masyarakat. Keadaan yang tersisih dan tidak mempunyai banyak teman tersebut yang akhirnya mempertemukan mereka berdua, mereka akhirnya menjadi sahabat yang sangat baik dan selalu bersama – sama.

Walaupun badannya yang memiliki banyak kekurangan, tetapi si Gundul memiliki banyak keahlian, dia mahir membuat layang – layang, memanah dll. Layang – layang buatan Si Gundul adalah layang – layang yang sangat hebat di dearah tersebut, selain besar, dan kuat, bentuknya juga beraneka ragam. Joko Kendil juga mempelajari memanah dari Si Gundul, Joko kendil mempelajari semuanya itu dengan sangat cepat.

Pada suatu hari, Joko Kendil mendengar berita dari orang – orang di sekitar pasar. Tentang seorang Raja yang mencari menantu untuk ketiga orang puterinya. Mendengar berita itu Joko Kendil bermaksud untuk meminang salah satu dari ketiga putri raja tersebut. Ibu Joko Kendil menjadi sedih ketika mengetahui niat anaknya tersebut, karena takut anaknya tidak akan diterima oleh raja. Warga kampung juga semakin banyak yang mengolok-olok Joko Kendil tentang niatnya untuk meminang salah satu putri raja. Tetapi sahabatnya si Gundul terus memberinya semangat. Menurutnya, kebaikan hati dan kemuliaan budi pekerti Joko Kendil akan membawanya pada kebaikan.

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, berangkatlah Joko Kendil dan ibunya ke istana. Tetapi begitu sampai di istana, menyampaikan maksudnya dan menghadap Sang Raja. Putri sulung dan putri kedua langsung menolak pinangan tersebut, karena bentuk tubuh Joko Kendil. Tanpa Di Sangka, sang puti bungsu menerima pinangannya. Tidak lama setelah itu Sang Raja mengadakan acara yang sangat meriah untuk merayakan pernikahan Joko Kendil dengan putri bungsu sang raja.

Setelah itu kehidupan di istana kembali seperti biasa, Suatu hari ada acara di istana diadakan adu ketangkasan memanah, dan seorang ksatria tampan memenangkan acara tersebut. Kedua putri raja yang belum menikah tertarik kepada Pria tampan tersebut. Dengan sedih putri bungsu langsung berlari ke kamarnya sambil menangis. Sesampainya di kamar, dia melihat sebuah guci, lalu dengan kemarahannya dibantingnyaGuci tersebut hingga pecah berkeping-keping. Tak lama kemudian, muncullah ksatria tampan yang tadi memenangkan adu ketangkasan. ia sedang mencari-cari gucinya.
“Siapa engkau? Mengapa engkau bisa berada di sini?”
“Sesungguhnya, akulah suamimu, Putri. Aku Joko Kendil. Kini aku tak bisa berubah menjadi Joko Kendil yang dulu karena gucinya sudah pecah. Jadi, apakah engkau tetap mau menjadi istriku?”

Putri bungsu menangis bahagia. Keduanya segera menghadap Raja dan memberitahu hal ini ke baginda raja, Raja segera mengumumkan kabar gembira ini ke seluruh rakyat di kerajaan.

Walaupun telah berubah wujud, Joko Kendil tetap mengingat sahabatnya, si Gundul, yang telah memberinya semangat untuk melamar sang putri. Di jemputlah si Gundul di kampungnya. Awalnya si Gundul menolaknya karena sudah tak mengenal lagi rupanya, namun setelah ditunjukkan busur yang dulu pernah ia berikan kepada Joko Kendil, barulah ia percaya.

“Joko Kendil, aku mau diajak ke istana. apakah engkau tidak malu dengan keadaanku? Engkau bukanlah Joko Kendil yang dulu lagi, melainkan seorang ksatria tampan. Sedangkan aku tetap saja si Gundul yang kurus, botak, dan buruk rupa.”

“Tentu saja aku tidak malu terhadap keadaanmu. Bukankah engkau tetap sahabatku yang terbaik? Keluhuran budimu jauh lebih bernilai daripada bentuk tubuhmu,” jawab Joko Kendil.

Sejak saat itu, si Gundul bersama Joko Kendil tinggal di istana. Kehidupan mereka berubah perlahan – lahan. Orang – orang menjadi lebih menghargai mereka, Si Gundul akhirnya diangkat menjadi pelatih memanah untuk prajurit kerajaan. Mereka tetap bersahabat, saling menghargai, hidup rukun, dan sang menyayangi satu sama lain.

Nasehat : Janganlah melihat seseorang hanya dari luarnya saja, tetapi liat dari kepribadiannya. Si Gundul dan Joko Kendil mempunyai bentuk tubuh yang tidak bagus. Tetapi kebesaran hatilah yang membuat semua hinaan tidak berarti.

No comments:

Post a Comment