Peraturan Umum dalam Penulisan Tes Objektif
Tujuan penulisan soal tes yang baik adalah sebuah seni yang membutuhkan banyak latihan. Bahkan seorang pemula bisa menulis soal dengan kualitas yang cukup bagus dengan mengikuti aturan yang sederhana tapi sangat penting. Disini kita akan menghadirkan aturan umum tentang penulisan soal dan bagian berikutnya aturan khusus untuk setiap soal yang lebih spesifik yang akan di susun. Meskipun aturan ini bisa diterapkan dua tes yang merujuk pada norma dan criteria, kedua test tersebut memiliki makna khusus nantinya karena disinilah setiap soal tes digunakan sebagai pengukuran langsung dari hasil pembelajaran.
1. Tulislah soal tes sehingga memunculkan perilaku khusus yang menggambarkan hasil pembelajaran. Proses mempersiapkan soal tes yang secara langsung yang berkaitan dengan hasil pembelajaran khusus yang diukur merupakan persoalan tentang keputusan yang logis. Hal itu terdiri dari mencocokkan masing tes dengan tugas hasil khusus dalam hasil pembelajaran dan menilai kecocokan mereka. Contoh soal tes dalam bab yang diawal menggambarkan kesesuaian antara tugas tes dan hasil yang diharapkan. Pendekatan dengan menggunakan tata cara yang lebih sistematis yang menghubungkan tugas tes dengan hasil pembelajaran akan ditelusuri (Glaser dan Nitko, 1971) namun, pada tahapan perkembangan ini mereka membatasi penerapannya hanya untuk pembuatan tes kelas.
2. Tulislah soal tes sehingga tugas yang ditampilkan jelas dan pasti. Hal ini dicapai dengan rumusan masalah yang teliti, mengungkapkannya dalam bahasa sederhana dan langsung, dan mengikuti aturan untuk tatabahasa dan tanda baca yang benar. Ketidakjelan atau ambiguitas adalah bentuk soal test yang kurang baik dan penggunaan bahasa yang efektif adalah cara untuk mengatasinya. Setiap soal harus diutarakan dengan hati-hati sehingga maksud dari soal tersebut jelas dan dipahami siwsa. Kita tidak ingin siswa kita gagal menjawab soal karena dia tidak faham dengan bentuk soal yang sesuai dengan apa yang siswa pikirkan.
3. Tulislah soal test sehingga soal itu bebas dari materi yang tidak bermanfaat. Biasanya soal tes hanya berisi materi yang secara langsung sesuai dengan masalah yang ada. Untuk menambah materi yang tidak relevan pada tujuan yang dimaksud akan memperpanjang/memperbanya soal dan dalam beberapa hal akan membingungkan siswa atau menyediakan petunjuk untuk jawaban. Perhatikan pemilihan kata berikut dalam soal jawaban pendek.
Laporan cuaca hari ini lebih akurat karena jumlah peralatan digunakan untuk mengukur cuaca. Sebutkan dua diantaranya.
Guru ini ingin siswanya untuk “ menyebutkan 2 alat yang digunakan untuk mengukur cuaca”. Kenapa tidak menggunakan pernyataan pendek? Jenis soal yang panjang lama cukup memperluasan cakupan penafsiran baca dan tidak berperan dalam menjelaskan masalah. Pada kenyataannya, beberapa siswa bisa saja berusaha menyebutkan 2 tipe laporan cuaca.
4. Tulislah soal tes denga jelas agar factor yang tidak sesuai tidak mengecoh siswa dari jawaban yang benar. Soal tes seharusnya di buat untuk memunculkan hasil tertentu. Untuk memunculkan hasil ini, pengaruh factor yang tidak sesuai pada tujuan utama dari soal seharusnya dikurangi sebanyak mungkin. Hasil tes, misalnya, harus memperhatikan stuktur kosa kata dan susunan kalimat dibuat sesederhana mungkin untuk mencegah kesalahan membaca dari membalikkan hasil. Seperti, tes matematika seharusnya menjaga kemampuan berhitung yang rendah sehingga keberhasilan dan kegagalan mencerminkan perbedaan kemampuan melogika daripada perbedaan dalam kemampuan berhitung. Reaksi soal tes biasanya meliputi lebih dari satu tipe perilaku. Apa yang perlu kita lakukan adalah menulis soal tes memaksimalkan perilaku yang tergambar dalam hasil pembelajaran dan meminimalkan semua pengaruhnya.
5. Tulislah soal test sehingga petunjuk yang tidak sesuai tidak membawa siswa pada jawaban yang benar. Dalam memusatkan perhatian pada persiapan soal tes yang mengacu pada perilaku khusus menggambarkan hasil pembelajaran khusus, petunjuk yang tidak sesuai dengan jawaban yang benar mungkin saja tidak sengaja dimunculkan dalam soal. Beberapa tipe petunjuk yang lebih umum antara lain (1) ketidakseragaman tata bahasa yang mengesampingkan beberapa atau semua kemungkinan jawaban salah, (2) himpunan lisan yang membuat jawaban benar terlihat jelas, (3) kepastian khusus, seperti “sewaktu-waktu” atau “selallu”, yang meningkatkan kemungkinan bahwa pernyataan akan menjadi benar atau tida benar, dan (4) factor yang bermacam-macam, seperti kecenderungan pernyataan yang lebih panjang dan detail. Berhati-hati dalam membuat petunjuk memungkinkan untuk menghindari sebagian besar pembuatan petunjuk yang tidak sesuai selama menulis soal. Tanyakan kepada sesama guru untuk meninjau kembali soal telah disusun juga merupakan sebuah metode yang berguna untuk menemukan petunjuk yang mungkin mengarah pada siswa yang kurang berprestasi untuk menjawab dengan betul.
6. Tulislah soal tes sehingga soal itu tidak menyediakan petunjuk untuk menjawab soal lain dalam tes. Setidaknya perlakuan khusus diberlakukan selama menulis soal, materinya meliputi satu soal meungkin menyediakan jawaban atau sebagain jawaban terhadap soal lain. Hal ini sepertinya terjadi dimana tipe soal yang disediakan dan dipilih termasuk dalam satu soal tes. Misalnya, tanggal atau nama yang disebut untuk pertanyaan jawaban singkat mungkin secara tidak sengaja meliputi cabang dari soal pilihan ganda. Sebagaimana tipe petunjuk lain, kesadaran akan masalah dan meninjau ulang soal sebelum menghimpunnya dalam satu tes biasanya cukup bisa menghindari kesalahan.
7. Tulislah soal tes sehingga soal itu berada pada tingkat kesulitan yang pantas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tingkat kesulitan soal tes tergantung pada tipe tes yang kita siapkan. Untuk tes penguasaan yang merujuk pada criteria, kesulitan soalnya ditentukan oleh pembawaan khusus hasil pembelajaran yang diukur. Biasanya, hasil tingkat penguasaan terdapat tingkat kesulitan yang rendah dan tidak seharusnya berusaha meningkatkan tingkat kesulitan begitu saja untuk memperoleh nilai. Ketika menyiapkan tes untuk mengukur tingkat prestasi dibalik penguasaan, bagaimanapun juga, tingkat kesulitan setiap setuap tujuan diinginkan. Berkaitan dengan hal tersebut, kita perlu menentukan tingkat kesulitan dari yang mudah sampai yang sulit sehingga kita bisa mengukur proses setiap siswa terhadap tujuan yang tidak pernah dapat dicapai sepenuhnya. Jadi, tingkat kesulitan soal tidak perlu diukur dari penguasaan pokok minimum, tapi perlu menentukan tingkat maksimum yang diperoleh siswa.
8. Tulislah soal tes sehingga jawaban yang benar adalah jawaban yang disetujui oleh para ahli. Biasanya ada sedikit kesulitan dalam criteria ini ketika menyusun soal untuk mengukur pengetahuan tentang informasi yang sebenarnya. Pertanyaannya adalah siapa, apa, kapan dimana yang biasanya memiliki satu jawaban yang benar. Hal itu kita perhatikan ketika menyusun soal pada tingkat pemahaman, penerapan, dan penafsiran. Contohnya; kita mungkin mengharapkan siswa untuk menunjukkan alasan terbaik dari sebuah peristiwa, metode terbaik yang digunakan, atau membuat penafsiran terbaik. Ini masalah pandapat yang memerlukan jawaban yang terbaik dan diketahui sebagaimana peristiwa itu terjadi.
9. Tulislah soal tes dalam bentuk soal positif. Ada 3 alasan bagus untuk mengungkapkan soal dalam bentuk positif. Pertama, dari sudut pandang pembelajaran, hal itu bisanya sangat menarik untuk menekankan fakta, konsep dan prinsip yang kita harapkan bagi siswa untuk mempelajarinya, dari pada pengecualian untuk mereka. Kedua, fakta bahwa siswa tahu perkara apa yang tidak menyediakan jaminan yang mereka tahu apa itu perkaranya. Contoh, dia mungkin tahu “mendekatnya arus udara dingin tidak menandai munculnya awan tipis” tapi tidak tahu tipe awan yang menandai mendekatnya arus udara dingin. Ketiga, kata “tidak” harus seringkali diabaikan dalam soal tes dan tanggapan siswa karena menganggap pernyataan yang positif. Maka, setidaknya hasil pembelajaran secara khusus digunakan untuk mengenali pengecualian, hal itu lebih baik menuliskan soal tes dengan bentuk positif.
10. Tulislah soal tes secukupnya untuk mengukur hasil pembelajaran. Sebagaimana telah dijelaskan di awal, tabel rincian dapat digunakan sebagai pedoman dalam menulis soal. Jumlah soal yang dibutuhkan untuk mengukur setiap tujuan dan setiap isi dituangkan dalam tabel. Dimana hal itu ingin ditafsirkan hasil tesnya pada setiap hasil pembelajaran, sebisanya setiap tujuan umum, bagaimanapun juga, hal itu perlu mengikutsertakan beberapa soal tes untuk setiap hasil pembelajaran. Hal ini tentu saja mengharuskan pengembangan tabel perincian dan perpanjangan tes. Poin utama yang perlu ditekankan disini adalah soal tes harus berisi sejumlah soal yang cukup berkualitas untuk tipe soal penafsiran dan proses penulisan soal menyediakan kesempatan untuk membuat tanda akhir pada contoh tes yang secukupnya.
Sumber referensinya darimana neng? Kok ga ada dibawah artikel?
ReplyDeleteYa saya akui ulasannya bagus, makanya nanya sumber referensi