A. Pengertian Filsafat Naturalisme
Filsafat memiliki berbagai macam aliran seperti
aliran rasionalisme, empirisme, idealism, naturalism, dan sebagainya. Pada
makalah ini akan difokuskan pembahasan mengenai salah satu aliran filsafat
yaitu aliran naturalism.
Naturalisme
mempunyai beberapa pengertian, yaitu :
Dari segi bahasa,
Naturalisme berasal dari 2 kata, yakni :
Natural :
Alami
Isme : Paham
Sehingga, aliran
naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham Alami. Maksudnya, bahwa setiap
manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau
pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang
buruk.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature”
(alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai
dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat
dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu.
Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah
naturalisme adalah kebalikan dari istilah supernaturalisme yang mengandung
pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di
atas atau di luar alam .
B. Sejarah dan Perkembangan Filsafat Naturalisme
Aristotalian-Thomistik.
Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18.
Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa
“Learned heavily on the knowledge reported by man’s sense”
Aliran ini
dipelopori oleh J.J Rosseau, filsuf Perancis yang hidup pada tahun 1712-1778.
Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan
yang diberikan orang dewasa, justru dapat merusak pembawaan baik anak itu,
sehingga aliran ini sering disebut negativisme.
Naturalisme
memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan Aminuddin R.,
1992 : 9), yaitu :
Anak
didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya secara
alami.
Pendidik
hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan
sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian
anak ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk
memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Serta memberikan tanggung jawab
belajar pada diri anak didik sendiri.
Program
pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak
didik. Anak didik diberi kesemptan menciptalan lingkungan belajarnya
sendiri.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan
pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya, faktor
kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar dan mengajar.
Secara definitif
naturalisme berasal dari kata “nature.” Kadang pendefinisian “nature” hanya
dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik secara otomatis menjadi
“supranatural.” Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material dan alam
spiritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Salah satu ciri yang paling
menakjubkan dari alam semesta adalah keteraturan. Benak manusia sejak dulu
menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnya matahari, peredaran
planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke
malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaannya di dalam alam semesta,
hanya merupakan contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya
menjadi mungkin karena keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan lewat
hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai
menelaah, mengkaji, dan menghubungkan semua keteraturan yang teramati. Ilmu
pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Namun khusus
untuk kosmologi, pertanyaan ‘mengapa’ ini di titik tertentu mengalami kesulitan
yang luar biasa.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga
aliran besar yaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua
penganut naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidak semua penganut
realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa
realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide
pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai
estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal
tersebut.
C. Tokoh-tokoh filsafat naturalisme
Ada beberapa tokoh yang menganut aliran filsafat
naturalisme. Adapun tokoh-tokoh tersebut serta pandangannya antara lain:
1. Plato. (427 – 347 SM)
Salah satu anasir dasar adalah perbedaan yang nyata
antara gejala (fenomena) dan bentuk ideal (eidos), dimana plato berpandangan
bahwa, disamping dunia fenomen yang kelihatan, terdapat suatu dunia lain, yang
tidak kelihatan yakni dunia eidos. Dunia yang tidak kelihatan itu tercapai
melalui pengertian (theoria). Apa arti eidos dan hubungannya dengan dunia
fenomena bahwa memang terdapat bentuk-bentuk yang ideal untuk segala yang
terdapat dibumi ini. Tetapi asalnya tidak lain daripada dari sumber segala yang
ada, yakni yang tidak berubah dan kekal, yang sungguh-sungguh indah dan baik
yakni budi Ilahi (nous), yang menciptakan eidos-eidos itu dan menyampaikan
kepada kita sebagai pikiran. Sehinnga dunia eidos merupakan contoh dan ideal
bagi dunia fenomena.
2. Aristoteles (384 – 322
SM).
Aristoteles
menyatakan bahwa mahluk-mahluk hidup didunia ini terdiri atas dua prinsip :
a. Prinsip
formal, yakni bentuk atau hakekat adalah apa yang mewujudkan mahluk hidup
tertentu dan menentukan tujuannya.
b. Prinsip
material, yakni materi adalah apa yang merupaakn dasar semua mahluk.
Sesudah mengetahui sesuatu hal menurut kedua prinsip
internal itu pengetahuan tentang hal itu perlu dilengkapi dengan memandang dua
prinsip lain, yang berada diluar hal itu sendiri, akan tetapi menentukan adanya
juga. Prinsip ekstern yang pertama adalah sebab yang membuat, yakni sesuatu
yang menggerakan hal untuk mendapat bentuknya. Prinsip ekstern yang kedua
adalah sebab yang merupakan tujuan, yakni sesuatu hal yang menarik hal kearah
tertentu. Misalnya api adalah untuk membakar, jadi membakar merupakan prinsip
final dari api. Ternyata pandangan tentang prisnip ekstern keuda ini diambil
dari hidup manusia, dimana orang bertindak karena dipengaruhi oleh tujuan
tertentu, pandangan ini diterapkan pada semau mahluk alam. Seperti semua mahluk
manusia terdiri atas dua prinsip, yaitu materi dan bentuk.
Materi adalah badan, karena badan material itu
manusia harus mati, yang memberikan bentuk kepada materi adalah jiwa. Jiwa
manusia mempunyai beberapa fungsi yaitu memberikan hidup vegetatif (seperti
jiwa tumbuh-tumbuhan), lalu memberikan hidup sensitif (seperti jiwa binatang)
akhirnya membentuk hidup intelektif. Oleh karena itu jiwa intelektif manusia
mempunyai hubungan baik dengan dunia materi maupun dengan dunia rohani, maka
Aristoteles membedakan antara bagian akal budi yang pasif dan bagian akal budi
yang aktif. Bagian akal budi yang pasif berhubungan dengan materi, dan bagian
akal budi yang yang aktif berhubungan dengan rohani.
Bagian akal budi
yang aktif itu adalah bersifat murni dan Illahi. Akal budi yang aktif
menjalankan dua tugas. Tugas yang pertama adalah memandanf yang Illahi untuk
mencari pengertian tentang mahluk-mahluk menurut bentuknya masing-masing. Tugas
yang kedua dari akal budi manusia yang aktif adalah memberikan bimbingan kepada
hidup praktis. Disini diperlukan sifat keberanian, keadilan dan kesederhanaan.
3. William R. Dennes.
Beberapa
pandangan pandangannya menyatakan bahwa:
a. Kejadian
dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa kejadian merupakan hakekat terdalam dari
kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata pasti termasuk dalam kategori alam
b. Yang nyata ada
pasti bereksistensi, sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu
tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang dianggap tidak mungkin
ditangani dengan menggunakan metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam
tidak mungkin merupakan kenyataan
c. Analisa
terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor penyusun seganap kejadian ialah
proses, kualitas, dan relasi
d. Masalah
hakekat terdalam merupakan masalah ilmu, bahwa segenap kejadian baik
kerohanian, kepribadian, dan sebagainya dapat dilukiskan berdasarkan
kategorikategori proses, kualitas dan relasi
e. Pengetahuan
ialah memahami kejadian-kejadian yang saling berhubungan, pemahaman suatu
kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah mengetahui kualitasnya,
seginya, susunanya, satuan penyusunnya, sebabnya, serta akibat-akibatnya.
D. Pandangan Filsafat Naturalisme Terhadap Pendidikan
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran
filsafat naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu
sesuai dengan perkembangan alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas
semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Peserta didik harus
dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan
dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek.
Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar,
melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana (Bertens. K. Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia.
Kanisius, 1988).
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan
bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis
perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah
merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena
belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu
memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham
naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima
tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan
Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan
Apa yang Paling Berharga?”.
Kelima tujuan itu
adalah:
1. Mengamankan kebutuhan hidup;
2. Meningkatkan anak didik;
3. Memelihara hubungan sosial dan politik;
4. Menikmati waktu luang.
5. Pemeliharaan diri;
Spencer
(Wakhudin, 1997) juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan
beraliran naturalisme, adalah:
1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam;
2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak
didik;
3. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari
aktivitas anak;
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian
penting dalam pendidikan;
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan
fisik, sekaligus otak;
6. Praktik mengajar adalah seni menunda;
7. Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara
induktif; (hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan
kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik.
No comments:
Post a Comment