Tuesday, 30 December 2014

UNSUR-UNSUR PUISI

Unsur-unsur Puisi

            Puisi merupakan cetusan jiwa. Dalam puisi terkandung banyak ajaran hidup sehingga dengan membaca puisi kita dapat memahami arti kehidupan. Puisi  dengan bahasanya yang ringkas, padat, dan berirama itulis oleh penyairnya dengan maksud tertentu sehingga ada puisi yang dapat memberikan semangat, mengandung kritik sosial  atau sebagai ungkapan perasaan, baik yang bernada sedih maupun gembira.
            Unsur-unsur dalam puisi dibagi menjadi dua, yaitu unsur lahir dan unsur batin. Unsur lahir merupakan unsur yang dapat dilihat secara langsung oleh pembaca. Unsur lahir meliputi:
a.       Pemadatan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam puisi tidak berbentuk kalimat atau alinea, tetapi membentuk larik atau bait. Dengan bentuk seperti itu diharapkan kata atau frasa juga memiliki makna yang lebih luas dari kalimat biasa.
b.       Pemilihan Kata
Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Tidak jarang kata-kata tertentu  dicoret beberapa kali karena belum secara tepat mewakili pikiran dan suasana hati penyair.
c.       Citraan/ Gambaran Angan
Citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau mengujudnyatakan apa yang dinyatakan oleh penyair. Gambaran angan dihasilkan oleh indra penglihatan, pendengaran,perabaan,pengecapan, dan penciuman. Juga diciptakan oleh gerakan dan pemikiran.
Citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citra penglihatan, yang dditimbulkan oleh pendengaran disebut citra pendengaran. Citra penciuman dan pengecapan ditimbulkan dari indra penciuman dan pengecapan.
d.       Irama
Irama atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Irama dapat diartikan keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi.
e.       Gaya Bahasa dan Sarana Retorika
Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca (Slamet Muljana dalam Pradopo, 2000:93). Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat.
Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran (Altenbernd dalam Pradopo, 2000:93). Dengan muslihat ini para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran hingga penbaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair.
f.        Tata Wajah/ Tipografi

Puisi mutakhir (setelah tahun 1876) banyak ditulis puisi yang mementingkan wajah, bahkan penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar. Puisi ini disebut puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu.

No comments:

Post a Comment