Unsur-unsur
Puisi
Puisi merupakan cetusan jiwa. Dalam
puisi terkandung banyak ajaran hidup sehingga dengan membaca puisi kita dapat
memahami arti kehidupan. Puisi dengan
bahasanya yang ringkas, padat, dan berirama itulis oleh penyairnya dengan maksud
tertentu sehingga ada puisi yang dapat memberikan semangat, mengandung kritik
sosial atau sebagai ungkapan perasaan,
baik yang bernada sedih maupun gembira.
Unsur-unsur dalam puisi dibagi
menjadi dua, yaitu unsur lahir dan unsur batin. Unsur lahir merupakan unsur
yang dapat dilihat secara langsung oleh pembaca. Unsur lahir meliputi:
a. Pemadatan Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam puisi tidak berbentuk kalimat atau alinea, tetapi
membentuk larik atau bait. Dengan bentuk seperti itu diharapkan kata atau frasa
juga memiliki makna yang lebih luas dari kalimat biasa.
b. Pemilihan Kata
Kata-kata
yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek
pengucapannya. Tidak jarang kata-kata tertentu
dicoret beberapa kali karena belum secara tepat mewakili pikiran dan
suasana hati penyair.
c. Citraan/ Gambaran Angan
Citraan
merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
mengujudnyatakan apa yang dinyatakan oleh penyair. Gambaran angan dihasilkan
oleh indra penglihatan, pendengaran,perabaan,pengecapan, dan penciuman. Juga
diciptakan oleh gerakan dan pemikiran.
Citraan
yang timbul oleh penglihatan disebut citra penglihatan, yang dditimbulkan oleh
pendengaran disebut citra pendengaran. Citra penciuman dan pengecapan
ditimbulkan dari indra penciuman dan pengecapan.
d. Irama
Irama
atau ritme berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.
Irama dapat diartikan keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata
secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah
puisi.
e. Gaya Bahasa dan Sarana
Retorika
Gaya
bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau
hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati
pembaca (Slamet Muljana dalam Pradopo, 2000:93). Gaya bahasa itu menghidupkan
kalimat dan memberi gerak pada kalimat.
Sarana
retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran (Altenbernd
dalam Pradopo, 2000:93). Dengan muslihat ini para penyair berusaha menarik
perhatian, pikiran hingga penbaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan
penyair.
f.
Tata
Wajah/ Tipografi
Puisi
mutakhir (setelah tahun 1876) banyak ditulis puisi yang mementingkan wajah,
bahkan penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar. Puisi ini disebut
puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud
tertentu.
No comments:
Post a Comment